watch sexy videos at nza-vids!

DIPERKOSA MANDOR KULI BANGUNAN

Tomi diangkat oleh perusahaan sebagai seorang
mandor karena dia memiliki latar belakang
kehidupan yang keras, memang dia adalah
seorang preman disebuah kawasan yang rawan
kriminal di Bandung. Dengan harapan
kedudukan Tomi sebagai mandor buruh, maka
para buruh akan segan dan takut terhadap
perusahaan.
Saat ini ada seorang mahasiswi yang kebetulan
sedang tugas magang di pabrik itu namanya
Ani, usianya masih 19 tahun dan dia adalah
seorang mahasisiwi Fakultas Teknik Industri
pada sebuah perguruan tinggi negeri yang
terkenal di kota Bandung. Ani cukup lincah dalam
bekerja. Gadis cantik itu pintar dan rajin dalam
melakukan tugas-tugasnya. Dia memiliki wajah
yang imut-imut dan cantik sekali seperti mojang-
mojang Bandung umumnya yang memiliki kulit
putih bersih. Selama bekerja magang di pabrik
itu, Tomi sering memperhatikan Ani. Potongan
tubuhnya sintal padat proporsional dengan tinggi
tubuhnya yang sekitar 160-an cukup membuat
Tomi tertarik perhatiannya kepada Ani.
Penampilan Ani memang lain dibandingkan
dengan gadis-gadis lainnya. Ani lebih senang
menggunakan celana jeans dan baju yang ketat
seperti umumnya penampilan seorang
mahasiswi sehingga lekuk-lekuk tubuhnya
terlihat jelas. Hal itulah yang membuat para lelaki
dipabrik itu sering memandangi kemolekan
tubuh Ani. Begitu pun dengan Tomi yang selalu
mencuri-curi pandang melihat keindahan dan
kemolekan tubuh Ani. Hal ini tidak disadari oleh
Ani karena dia lebih serius untuk menyelesaikan
tugas-tugasnya selama magang di pabrik itu.
Sesekali Tomi menyempatkan diri untuk
memasang muka ramah dan bercakap-cakap
dengan Ani hanya sekedar menukmati
kecantikan wajah gadis tersebut. Padahal dengan
karyawati atau buruh wanita yang lainnya boro-
boro dia memasang muka ramah yang ada
selalu tampang sangar yang diperlihatkannya
dan ucapan-ucapan yang jauh dari keramahan.
Singkat kata Tomi telah jatuh hati berat kepada
Ani, mahasiswi cantik itu.
Pada suatu hari menjelang berakhirnya masa
kerja magang Ani di pabrik itu, Tomi
memberanikan diri untuk mengutarakan isi
hatinya. Sore hari itu ditemuinya Ani disebuah
kantin di pabrik itu, dengan rasa percaya diri dan
nekat dia utarakan keinginannya untk menjadi
pacar serta pendamping hidup Ani. Namun,
pada akhirnya keadaan berubah dan merupakan
titik balik perasaan Tomi, dari rasa cintanya
kepada Ani berubah 180 derajat menjadi benci.
Cinta Tomi ditolak mentah-mentah oleh Ani.
Dengan alasan selain perbedaan agama, usia
yang terpaut jauh dimana Tomi saat ini telah
berusia 38 tahun sedangkan Ani baru 19 tahun
selain itu juga terdapat beberapa sifat Tomi yang
tidak cocok dengan Ani. Seperti diketahui latar
belakang Tomi adalah seorang preman,
pemabok dan penjudi.
Sejak itu hati Tomi menjadi panas, kesal dan
marah atas jawaban dari Ani. Didalam hatinya
tiba-tiba muncul rasa dendam terhadap Ani. Dan
diapun merencanakan akan berbuat sesuatu
terhadap Ani, “Hmmm… tunggu tanggal
mainnya gadis sombong… puih !!!” batinnya.
Seminggu kemudian, pada sebuah Malam
disebuah lorong yang gelap tampak sekelompok
orang berjalan mengendap-endap. Mereka ada
Tomi berserta beberapa anggota kelompok
premannya. Mereka adalah Asep, Ujang, Cecep
dan Afung, tampang-tampang mereka lusuh-
lusuh dan kumal-kumal, tampang khas para
preman.
“Sstt… sebentar lagi dia lewat kesini”, bisik Tomi
kepada kawan-kawannya.
“Ok… kita tunggu aja boss…”, balas Ujang.
“Boss… gue udah engga tahan nihh… udah
pingin nyodok tuh cewek”, bisik Afung.
“Sstt… sabar… boy… sabarr… semua pasti dapat
tanda tangan… hihihi…”, balas Tomi.
“Pokoknya gue duluan yang kasih pelajaran tuh
cewek…”, lanjut Tomi.
Malam itu mereka memang tengah menghadang
Ani pada suatu tempat didekat tempat kost Ani.
Tempat penghadangan itu memang sepi dan
hanya terdapat beberapa rumah kosong saja
dan sebuah lapangan luas yang mengelilingi
rumah kost Ani. Sehingga Tomi dan kawan-
kawannya merasa cocok dengan tempat itu
sebagai lokasi penghadangan.
Ani memang lebih memilih untuk tinggal
disebuah rumah kost yang sepi, agar supaya dia
bisa lebih serius dalam belajar. Seminggu
lamanya sejak Ani tidak lagi magang di pabrik
itu, Tomi menyibukkan diri dengan mencari
data-data diri Ani serta mengamati kegiatan-
kegiatan Ani sehari-hari. Termasuk
membuntutinya pulang-pergi dari kost-
kostannya menuju kekampus sehingga dia tahu
betul kegiatan serta route-route pulang-pergi Ani.
Hingga akhirnya dipilihlah tempat itu sebagai
tempat yang ideal dalam menghadang
korbannya.
“Nah ini dia…”, ujar Tomi sambil menunjuk
kesebuah bayangan yang mendekat kearah
mereka berkumpul.
“Tak salah lagi, tepat pukul 7 malam pasti tuh
cewek lewat sini” lanjut Tomi sambil tersenyum
melihat sasarannya mendekat.
Tapi sejenak Tomi agak bimbang karena
bayangan yang mendekat itu ternyata ada dua
sosok.
Tetapi setelah diamati secara mendalam ternyata
kedua-duanya adalah sosok bayangan wanita
dan diyakini salah satu bayangan itu adalah Ani
dan satu lagi juga sosok wanita. Maka tanpa
keraguan lagi dia pun mulai memutuskan untuk
menjalankan operasi penyergapan itu.
“Ah itu dia pengantin wanitaku…”, gumam Tomi.
“Ok…jalan kan tugas masing-masing ! awas
jangan sampai luput…”, perintah Tomi kepada
teman-temannya.
“Ada dua boss, yang satunya gimana nih ?”,
tanya Asep.
“Ah sikat aja…”, jawab Tomi.
Tanpa dikomando lagi Asep, Cecep dan Afung
bergerak menuju kearah gadis itu berjalan.
Merekapun menghadang Ani beserta temannya,
Anipun nampak kebingungan mendapati dirinya
dihampiri oleh empat lelaki yang tidak
dikenalnya.
Tomi hanya mengamati dari jarak sekitar 10
meter, suasanya hening sejenak. Dari tempat
Tomi berdiri sayup-sayup terdengan
pembicaraan serius diantara Asep dan Ani.
Beberapa detik kemudian suasana berubah,
secepat kilat Ani diringkus oleh Cecep dan Afung
yang memiliki tubuh tegap. Sedangkan
temannya diringkus oleh Asep dan Ujang. Ani
serta temannya mencoba melawan dan
meronta-ronta akan tetapi beberapa pukulan
dilayangkan oleh Cecep dan Afung dan akhirnya
Anipun pingsan. Setelah itu tubuh tak berdaya itu
dibopong oleh Cecep.
Sementara itu teman Ani yang juga meronta
ronta dibekap dan dipukuli oleh Ujang hingga
akhirnya tak sadarkan diri pula. Lantas tubuhnya
digendong oleh Asep.
“Beres semuanya boss…”, ujar Asep kepada
Tomi yang kemudian keluar dari
persembunyiannya.
“Good… good…, ayo lekas kita bawa ke rumah
kosong itu”, perintah Tomi.
Penghadanganpun berjalan dengan sukses,
sasaran telah dilumpuhkan dan kini siap
“diproses”. Didalam rumah kosong itu tubuh Ani
dan temannya dibaringkan disebuah dipan kayu.
Kedua tangannya Ani diikat kebelakang.
Setelah lampu diruangan itu dinyalakan, kelima
orang yang telah dirasuki nafsu itupun
menggunam terkagum-kagum melihat
kecantikan dan kemolekan tubuh Ani yang
tengah tergolek pingsan. Dia menggunakan kaos
lengan panjang serta jeans birunya yang
kesemuanya berukuran ketat sehingga
kemolekan tubuhnya terlihat jelas. Ternyata
Tomi mengenali sosok wanita satunya yang
juga ikut dilumpuhkan tadi.
“Ah gue inget ini kan si Dina, temannya Ani…
wah… wah… sial sekali nasibnya”, ujar Tomi.
Dina memang teman akrab Ani, usianya lebih
muda dari Ani yaitu 16 tahun, dan masih duduk
dibangku kelas 2 SMU. Dina adalah keponakan
dari pemilik kost dimana Ani tinggal.
Dina juga memiliki wajah yang manis, tubuhnya
mungil namun padat.
“OK jatah gue si Ani… ini pengantin gue, yang
satunya boleh elo sikat”, balas Tomi.
“Ok sekarang elu-elu pada nyingkir deh, silahkan
elo bikin pesat sendiri sama si Dina itu, dan
jangan ganggu malam pengantin gue, OK!”, ujar
Tomi kepada teman-temannya.
“Sip boss… kita bikin pesta sendiri”, ujar Asep.
Dan menyingkarlah ke-4 teman-teman Tomi
sambil membopong Dina.
“Hmmm… sayangku… mari kita nikmati malam
pengantin kita sayang…”, bisik Tomi kepada Ani
yang tengah pingsan.
Dengan senyum kemenangan Tomi
memandangi gadis itu yang tengah tergeletak di
sebuah dipan kayu.
“Akhirnya aku dapatkan kau…” ujarnya dalam
hati.
Kedua tangannya bergerak meraba Payudara
gadis itu. Mulanya pelan-pelan hingga lama
kelamaan semakin keras, bahkan kini kedua
tangannya dengan ganas meremas-remas
payudara Ani yang kalau terlentang terlihat
membukit.
Setelah puas meremas-remas payudara Ani, kini
Tomi mengeluarkan pisau lipatnya yang
memang selalu dibawanya kemana-mana
sebagai senjata. Dengan kasarnya kemudian
Tomi merobek-robek baju kaos lengan panjang
Ani, hingga tinggal bh putihnya saja yang
menutupi kedua payudaranya. Namun akhirnya
diputuskannya tali bh itu dan dicampakannya bh
itu kelantai sehingga kini terlihatlah kedua
gundukan indah payudara Ani. Setelah itu serta
merta dengan bernafsu dikulumnya dan dijilat-
jilatnya kedua payudara itu dengan sesekali
digigit-gigitnya kedua puting payudara itu.
Puas dengan bagian payudara kini Tomi melepas
celana jeans yang dikenakan Ani, sreett… sekali
tarik terlihatlah bagian bawah dari Ani dengan
celana dalamnya yang berwarna putih. Kedua
mata Tomi kembali terbelalak melihat
pemandangan indah itu, diusap-usapnya kedua
paha putih Ani juga gundukan dipangkal
pahanya itu.
Sedang asyik asyiknya mengusap-usap
gundukan kemaluan Ani, tiba-tiba terdengar
suara kegaduhan dari ruang sebelah. Tomipun
menghentikan aktifitasnya lalu bangkit seraya
berlari mendekati arah suara itu. Sesampainya
disuatu ruangan asal muasal suara itu, matanya
kembali terbelalak melihat pemandangan erotis
yang tengah terjadi diruangan itu. Jantungnya
berdetak keras, birahinya memuncak melihat
pemandangan diruangan itu. Diruangan itulah
Tomi melihat Dina yang rupanya telah sadar
tengah “dibantai” oleh Asep, Ujang, Afung dan
Cecep.
Tubuh Dina yang dengan posisi merangkak
nampak tengah disodomi dari belakang oleh
Asep yang memiliki badan yang jauh lebih besar
daripada Dina. Asep dengan sangat keras dan
kasarnya mengocok-ngocok batang
kemaluannya didalam lobang anus Dina. Mula-
mula Dina meraung-raung ampun-ampunan
karena kesakitan, namun teriakan-teriakannya
tidak berlangsung lama karena kemudian
dimulut Dina telah tertanam batang kemaluan
Ujang. Ujang memposisikan dirinya didepan
Dina, setelah berhasil menyumpalkan batang
kemaluannya didalam mulut Dina kemudian
dengan tangan kirinya yang memegang kepala
Dina dia paksa kepala Dina untuk bergerak maju
mundur.
Ujang dan Asep nampak sangat menikmati
keadaan itu, mereka mendesah-desah
merasakan nikmatnya bagin-bagian tubuh Dina
itu. Tak berapa lama kemudian merekapun
berejakulasi. Asep menyemburkan spermanya
didalam lubang anus Dina dan sejenak kemudian
Ujang memuntahkan cairan spermanya didalam
mulut Dina. Nampak Dina megap-megap
dibuatnya di saat harus menelan cairan sperma
Ujang yang cukup banyak.
Setelah itu kedua orang tadi menyingkir dan
posisinya digantikan oleh Cecep. Cecep ini baru
berusia 23 tahun, namun perawakannya besar
dan tinggi, batang kemaluannyapun nampak
telah mengacung membesar dan siap menelan
mangsa. Kini Cecep bersiap-siap menyetubuhi
Dina, direntangkannya tubuh Dina yang
kepayahan itu dan langsung ditindihnya.
“Oouugghhh…”, Dina melengking disaat
kemaluan Cecep yang besar itu melesak kedalam
liang vaginanya. Pemandangan ini sudah cukup
untuk membangkitkan birahi Tomi diapun
berjalan meninggalkan ruangan pembantaian
Dina itu dan kembali menghampiri Ani
pasangannya.
Tiba-tiba Ani terbangun dan membuka mata. Ani
kaget mendapati kedua tangannya terikat dan
keadaan tubuhnya hanya tinggal celana dalam.
Dan lebih kaget lagi ketika dihadapannya melihat
Tomi tertawa terkekeh-kekeh menyaksikan
dirinya yang tak berdaya.
“Rasain deh lu, makanya jadi cewek jangan
sombong. Jadi terpaksa elu gua kerjain deh?”
Tomi berbicara.
“Kepaksa, malam ini elo harus bisa memuaskan
gue, kekasih elo” lanjutnya.
Ani semakin takut karena dia tahu apa yang akan
terjadi pada dirinya, badannya mulai gentar,
mukanya memucat. Air matanya mulai meleleh
seiring dengan kata-kata ampunan yang keluar
dari bibirnya.
“Pak Tomi… ampun pak… jangan sakiti aku…”,
pintanya sambil terisak-isak. Permohonannya ini
nampaknya semakin membuat Tomi
terangsang.
Satu persatu dilepaskannya baju dan celananya
hingga akhirnya telanjang bulat. Badan Tomi
nampak gemuk dengan perut yang membuncit,
beberapa gambar tatto nampak menghiasi
tubuhnya.
Kemaluannya nampak telah menegang keras,
ukuran juga besar dengan ujungnya yang telah
basah. Ani semakin merintih-rintih ketakutan, dia
pejamkan matanya sambil terus menangis. Dia
sadar akan diperkosa. Tomi kemudian bergerak
mendekati Ani dan meraih kepala Ani. Belum
sempat berteriak, mulut Ani tiba-tiba dijejali
dengan batang kemaluannya yang sudah
menegang dan membuat gadis itu tersedak.
Ani berusaha terus menutup mulutnya namun
setelah jempol dan jari telunjuk Tomi menutup
lobang hidung Ani, diapun membuka mulutnya
sebagai reaksi karena kekurangan oksigen.
Langsung mendapat kesempatan itu
dihujamkannya batang kemaluannya kedalam
mulut Ani. Dia tak bisa berbuat apa-apa karena
Tomi memegang kepala gadis itu. Rasa mual
membuat Ani hampir muntah dan berusaha
melepaskan kemaluan Tomi di mulutnya. Tomi
gerak-gerakkan batang kemluannya di mulut
gadis itu, maju-mundur dan diputar-putar
didalam rongga mulut Ani. Selama sepuluh
menit Tomi menjejali mulut gadis itu dengan
batang kemaluannya.Puas dengan itu kemudian Tomi mengeluarkan
kemaluannya dari mulut gadis itu. Ani langsung
mencoba berteriak tapi Tomi cepat-cepat
membekap mulutnya dan berkata, “Diem lu,
jangan berteriak atau gue bunuh kamu?”, sambil
menempelkan pisau lipatnya. Ani terdiam karena
takut ancaman itu. Dan hanya bisa menangis
sampai gadis itu kelelahan dan lemas. Setelah
sejenak menikmati wajah Ani, kini Tomi
menurunkan celana dalam putih Ani dan
melemparkannya ke lantai, Anipun hanya bisa
pasrah tanpa perlawanan.
“Gile, memek elo bagus banget… waw indah
sekali…?” bisik Tomi kepada Ani.
Memang gadis seusia Ani memiliki kemaluan
yang indah, masih perawan, bulu-bulunyapun
tipis dan halus-halus tumbuh rapih berjajar
disekitar lobang vaginanya.
Kedua tangan Tomi kembali meremas-remas
payudara gadis itu. Ani menjerit-jerit ketika Tomi
memijat-mijat putting susunya. Kembali Ani
berteriak lagi, kembali pula Tomi ancam Ani “Lu
bisa diem ngga…!?”.
“Sekarang, Lu harus nyobain kontol gue ini…
pasti nikmat.?” Tomi berkata.
“Kita jadikan malam ini sebagai malam pengantin
kita, hahaha…”, sambungnya.
“Jangaaan pak… oouuhh… jangaaan, …ampuunn
pakk… ? Ani memelas.
Tapi Tomi tak peduli dengan ucapan gadis itu.
Diapun jongkok didepan Ani, dia angkat pahanya
dan melebarkannya. Kepala Tomi menunduk
memperhatikan kemaluannya Ani yang
ditumbuhi bulu-bulu tipis. Kepalanya bergerak
dan mulutnya mulai menjilati kemaluan gadis itu.
Mendapatkan perlakuan itu badan Ani langsung
menggeliat-geliat suaranya terengah-engah
merasakan kemaluannya kegelian karena dijilati.
Hanya suara erangan gadis itu saja yang
terdengar, “Ehhmmhh… engghh… ouuhhh…
oohh… dst”. Sementara mulut Tomi terus
menjilati kemaluan Ani, tangannya bergerak ke
atas dan memijat-mijat payudara Ani serta
mempermainkan putting susu gadis itu.. Ani
menggeliat antara sakit, geli dan takut.
Tiba-tiba Ani mengangkat pinggulnya dan
mendesah lemah. Rupanya Gadis itu telah
orgasme. Dari vagina gadis itu keluar cairan.
Ketika melihat bibir vagina gadis itu telah basah,
cepat-cepat Tomi mengarahkan kontolnya yang
sudah menegang dan mendekatkannya ke bibir
vagina gadis itu. Sambil memegang pinggul
gadis itu, Tomi melesakkan batang
kemaluannya.
Dan…”Aahhh… sssakittt… oouughhh… a..
ammpunn… pak.. oouhhh…”, Ani merintih tajam
tubuhnya menegang kaku menahan rasa sakit
dipangkal pahanya. Walaupun dengan susah
payah akhirnya Tomi berhasil menanamkan
batang kemaluannya masuk amblas ke dalam
lubang kemaluan Ani. Ani menjerit kesakitan,
badannya meregang kesakitan. Sejenak Tomi
merasakan kenikmatan hangatnya lobang
kemaluan Ani dan merasakan denyut-denyut
dinding kemaluan Ani serasa memijat-mijat
batang kemaluannya.
Akhirnya Tomipun mulai mengerakkan
kemaluannya maju mundur. Tangannya
memegang pundak gadis itu sedang mulutnya
menciumi bibir dan pipi Gadis itu. Ani
mendesah-desah dan mengerang-erang
membuat Tomi semakin bergairah dan
mempercepat gerakan memaju-mundurkan
kemaluannya itu. “Oohh… oouufffh… ooouuh…
aahh… dst”, Ani mengerang-ngerang. Tubuh
keduanya telah dibanjiri oleh peluh seolah-olah
mereka sedang mandi.
Puas dengan posisi itu kini Tomi mencabut
kemaluannya dan membalikkan tubuh Ani. Dan
memposisikan tubuh telanjang gadis itu seperti
Anjing. Dari arah belakang kembali Tomi
menghujamkan kontolnya yang kini ke dalam
liang dubur gadis itu.
“Aaakhhh…!!!”, Ani kembali memekik kesakitan,
badannya kembali mengejang keras menahan
sakit yang teramat sangat ketika liang anusnya
dibobol oleh kemaluan Tomi.
Setelah tertanam, Tomi kembali memompa
dengan gerakan yang semakin cepat. Kedua
tangan Tomi yang besar semakin kasar
meremas-remas susu gadis itu. Ani semakin
mengerang-ngerang kesakitan. Tapi Tomi tak
peduli. Terus saja Tomi maju mundurkan
pinggulnya dengan cepat. Sadar dirinya akan
mencapai klimaks, Tomi mencabut batang
kemaluannya dari lobang dubur Ani. Setelah itu
dihempaskannya tubuh Ani hingga kembali
terlentang. Kembali Tomi menancapkan batang
kemaluannya didalam liang vagina Ani yang
telah dibasahi oleh cairan kewanitaannya yang
bercampur darah perawannya.
Bless…batang kemaluan Tomi menghujam
masuk tanpa kesulitan, kembali digenjotnya
tubuh Ani dengan cepat dan kasar, sampai-
sampai dada Tomi menghantam-hantam wajah
Ani yang meringis-ringis kesakitan. Kini Tomi
menggoyang tubuh Ani dengan hebat hingga
tubuh Ani terbanting-banting disodok oleh Tomi.
Sampai akhirnya saat yang ditunggu-tunggu
oleh Tomi, kini tubuh Tomi mengejang,
wajahnya menyeringai menengadah keatas,
otot-ototnya mengeras dan akhirnya dia
menyemprotkan spermanya di vagina gadis itu,
Croottt… crrottt… crrottt… jumlahnya banyak
sekali.
“Oogghhh… ahh…”, Tomi memekik puas sambil
terus menyemprotkan spermanya memenuhi
rongga vagina Ani sambil kedua tangannya
mencengkram erat pinggul Ani.
Anipun tiba-tiba mendesah panjang…
“ooouuuuhhgggg…”, sambil menerima
tumpahan sperma Tomi yang melimpah ruah
itu hingga meluber keluar dari sisi-sisi rongga
kemaluannya badannyapun mengejang dan
bergetar, sepertinya diapun mengalami ejakulasi
sesuatu yang baru dialaminya seumur hidup.
Beberapa detik kemudian setelah sama-sama
mengalami orgasme tubuh kedua insan itupun
melemas, tubuh Tomi jatuh menindih tubuh
Ani. Kini hanya suara nafas kedua insan itu yang
saling memburu menghiasi akhir dari
pergumulan itu. Setelah diam selama 15 menit,
Tomi kemudian bangkit dari atas tubuh Ani serta
melepaskan kontolnya, “Ooohhh…”, Ani
mendesah panjang disaat Tomi mencabut
batang kemaluannya yang beberapa menit
lamanya mengisi rongga kemaluannya.
“Sayang… gimana rasanya ? enak kan ?”, tanya
Tomi kepada Ani.
Anipun diam seribu bahasa dan memalingkan
wajahnya dari pandangan Tomi.
“Ayo sini sayang ada lagi tugas buat kamu…”,
ujar Tomi serta meraih dan mengangkat kepala
gadis itu untuk kemudian memaksa Ani menjilati
batang kemaluan Tomi yang masih basah oleh
sperma dan darah.
Anehnya Ani hanya pasrah dan menuruti saja
perintah Tomi tadi secara perlahan-lahan
diraihnya betang kemaluan Tomi yang kembali
menegang itu dan kemudian dijilat-jilat serta
dikulumnya batang kemaluan Tomi bak makan
permen sampai bersih.
Setelah selesai dan merasa puas, Tomi bangkit
dan membiarkan tubuh Ani yang telanjang itu
terjatuh lemas. Tomi bergerak mendekati Ani
yang masih lemah dan membisikkan kata-kata
mesra di telinganya
” Kamu hebat sayang… aku cinta sama kamu”.
Karena dilihat Ani terkulai lemas dan sepertinya
tertidur karena kecapaian, maka Tomi
memutuskan untuk meninggalkannya dulu.
Tomi ingin melihat kegiatan di ruangan lain
dimana tadi terjadi pembantaian itu.
Sesampainya dirungan yang ditujunya mata
Tomi terbelalak ketika melihat pemandangan
yang ada diruangan itu. Teman-temannya
nampak tidur tiduran sambil melepas lelah
setelah membantai Dina yang tubuh telanjang
Dina nampak tergeletak dengan posisi telentang
dilantai, kedua kakinya mengangkang lebar
dengan lutut tertekuk. Setelah diamati dari dekat
oleh Tomi ternyata kondisi Dina sangat
mengenaskan dia telah diperkosa secara buat
oleh teman-temannya, mulutnya dipenuhi oleh
cairan sperma yang mengental sampai meluber
disekitar mulut dan pipinya. Rupanya oleh
teman-temannya Tomi Dina dipaksa melakukan
oral sex dan mereka telah menumpahkan
spermanya didalam mulut Dina.
Matanya nampak sayu serta nafasnya terdengar
pelan terengah-engah. Kuturunkan tatapan
mataku keseputar payudaranya yang berukuran
tidak begitu besar, disitu terdapat banyak bekas-
bekas gigitan dan salah satu putingnya nampak
berdarah, disitu juga terdapat tumpahan sperma
yang telah mengering. Dan akhirnya kutatap
kemaluan gadis itu, kondisinya rusak parah,
kemaluannya sudah memerah dan
membengkak, banyak ceceran darah dan
sperma didaerah itu. Tomi menggeleng-
gelangkan kepalanya melihat kondisi Dina.
Tiba-tiba Asep bangkit dia menyalakan rokoknya
dan kemudian menyelipkannya dibibir kemaluan
Dina.
Tomi dan Aseppun tertawa terbahak-bahak,
“Kasihan dia sudah bekerja keras memuasin kita-
kita orang ini, aku kasih dia rokoklah”, ujar Asep.
“Eh sebentar gwe mau kencing dulu”, ujar Asep
berjalan meninggalkan ruangan pembantaian
Dina sambil mengakhiri tawanya.
Diruangan itu pula Tomi bergerak kearah
tumpukan pakaian Dina yang berserakan dilantai,
dia rupanya tertarik dengan tas punggung Dina.
Dengan rasa penasaran dia buka-buka isi tas
Dina, membaca buku hariannya, membuka-
buka dompet Dina, memerika ponsel milik Dina,
kurang lebih 5 menit lamanya dia buka-buka itu
semua. Sedang asyik-asyiknya dia membuka-
buka buku Dina, tiba-tiba dia dikejutkan dengan
teriakan diruangan samping. Serta merta dia
berlari menuju kearah situ.
Kembali mata Tomi terbelalak serta menggeleng-
gelengkan kepalanya tatkala melihat Asep
ternyata tengah asyik menyetubuhi Ani.
“Sss… sorry.. b.. boss.. gwe kagak tahan… lihat
cewek cantik ini…”, ujar Asep sambil terus
memompakan kemaluannya didalam kemaluan
Ani.
“Oouuhhh… aaahhh… jj… jangann… kasar…
kassarr… oohh… oohh…”, Ani kembali merintih-
rintih sambil tubuhnya terhempas-hempas
sebagai akibat sodokan-sodokan keras Asep.
“D.. diem… luh… rasain… aja.. kontol gue… inii…
aakkhh… akhh.. fuck ! ohh… fuck…!!”, ujar Asep
sambil terus menggenjot tubuh Ani.
“Akhh… oouhhh… oh… a.. ampunn… oohh…”,
Ani merintih-rintih dengan tubuh yang
terhempas-hempas wajahnya meringis
menahan rasa ngilu diselangkangannya.
Sepuluh menit lamanya tubuh Ani disetubuhi
oleh Asep, hingga akhirnya Asep memuntahkan
spermanya di lubang kemaluan Ani.
Asep terlihat sangat puas sekali dan diapun
kemudian menjatuhkan dirinya disisi Ani yang
kembali tubuhnya melemas. Waktu sudah
menunjukkan pukul 12 malam saat mereka
tersadar akan waktu yang semakin mepet, tidak
terasa sekian lamanya mereka mengerjain kedua
gadis itu serasa waktu berlalu cepat.
Tiba-tiba birahi Tomi bangkit kembali,
didekatinya kembali tubuh Ani yang tertidur
kerena kecapaian itu dan dibangunkannya Ani
dari tidurnya.
“Hoeii bangunnn…”, bentak Tomi kepada Ani.
“Oohhh…”, Anipun terbangun.
“Sayangku… layanin aku lagi ya…”, bisik Tomi
dengan tersenyum.
“Pedangku udah bangkit lagi nih…gara-gara
kamu sih yang menggairahkan sekali…”,
lanjutnya.
Mimik wajah Anipun berubah menjadi cemas,
matanya mulai berkaca-kaca.
“Pak.. Tomi… Ani udah engga kuat pak… rasanya
sakittt… sekali… jangann… pak.. tolong…”, ujar
Ani dengan suara yang lirih.
“Peduli setan “, balas Tomi seraya memposisikan
dirinya diatas tubuh Ani.
“ooohhh… oohh…”, Ani mendesah panjang
tatkala Tomi menanamkan kembali kemaluannya
didalam lobang kemaluannya. Kembali tubuh Ani
digenjot, disetubuhi secara kasar oleh Tomi.
Ani hanya bisa pasrah, air matanya berlinangan,
tubuhnya lemah hanya mengikuti irama gerakan
dari Tomi yang tengah menyodok-nyodokkan
kemaluannya.
Dan setelah beberapa menit lamanya Tomi
kembali berejakulasi dilobang kemaluan Ani
cairan hangatnya menyembur membasahi
rahim Ani.
Rasa puas nampak di raut wajah Tomi,
“Hahaha…akhirnya aku berhasil mendapatkanmu
gadis cantik”.
“Gue mau tanya ke elu yang terakhir kalinya,
mau engga elu jadi istri gue hah ?”
Ani hanya diam membisu sambil menangis.
“Kalo elu engga mau, gue suruh temen-temen
gue perkosa elu sampai mati !”, ancam Tomi.
“Inget memek elu udah gue siram ama peju
gue, dan sebentar lagi elu hamil”, ujar Tomi.
Kurang lebih setengah jam lamanya Tomi
“merayu” Ani, kadang terdengar bentakan-
bentakan, kadang Tomi menampar wajah Ani,
kadang dengan kata-kata halus, yang jelas Tomi
terus meneror hati Ani.
Rupanya bujuk rayu dari Tomi tak membuahkan
hasil sementara waktu sudah menunjukkan
pukul 2 dinihari.
Akhirnya Tomi mempersilahkan teman-
temannya untuk “mencicipi” tubuh Ani.
“Rasain tuh kontol-kontolnya temen-temen gue
biar mampus elu, cewek sombong !”, ujar Tomi
dengan mencibir.
Tanpa membuang waktu lagi keempat teman
Tomi mulai menjamah tubuh Ani.
Mereka mulai memperlakukan Ani seperti Dina.
Mulai dengan Afung yang langsung menyodomi
Ani setelah itu vagina Ani kembali dihajar oleh
kemaluan milik Ujang, juga mulut Ani dipaksa
mengulum batang kemaluannya Cecep dan
setelah berejakulasi menelan spermanya, terakhir
ketika Ani telah kepayahan Asep kembali
menyetubuhi Ani. Kini keadaan Ani tidak jauh
beda dengan Dina, seluruh wajah badan dan
kemaluannya yang telah membengkak penuh
dengan cairan sperma.
Kini waktu telah menunjukkan pukul 4 pagi,
seluruh pemerkosa tadi telah berpakaian lengkap
dan rapi. Sebelum mereka pergi, mereka
menggotong tubuh Ani untuk disatukan dengan
Dina. Kedua tubuh yang tak berdaya itu kini
tergolek lemah, keduanya diposisikan terlentang
sejajar dengan kondisi tubuh mereka yang
telanjang bulat. Sebelum pergi Tomi mengecup
kening Ani dan Asep kembali menyelipkan
sebatang rokok yang menyala dikemaluan Ani
juga Dina. Dengan diiringi tawa serta canda
kelima pemerkosa itu pergi meninggalkan rumah
kosong tempat dimana tubuh Ani dan Dina
tergolek pingsan.


Adult | GO HOME | Exit
1/1469
U-ON

inc Powered by Xtgem.com